Minggu, 28 Februari 2010

Perahu Pekat Malam

Jangan sampai sayapmu lunglai
Walau badai menggiring duri dengan banyak tangkai
Bacalah wajah senja yang mampir bersama setiap tetes sejuk di ujung harimu
Dan akan terpampang peta saat kelopakmu terbuka
Untuk memulai perjalanan dalam pekat malam

Biarkan mereka bicara tentang nilai palsu
Dengan congkak melebihi kehendak Tuhan
Yang selalu hadir di setiap detak jantung serta
Tidak peduli pada keringat ibu

Kerap kali ada benalu yang menari
Saat bunga-bunga di langit menjadi kelabu
Menyaksikan manusia-manusia dimakan roda-roda
Dan fajar tak lagi mampu pancarkan puisi pelangi
Di separuh tubuh laut yang mulai keruh akibat goresan luka
Yang menganga sebelum sampai ke muara

Jangan kau diam melihat laju waktu
Dan terlena di atas angan-angannya
Lihatlah dengan mata yang jernih di sepanjang perjalan pekat malam karena ada banyak corak makna disana

Ketika hati, rasa, cinta, dan semua yang berkecamuk di dalam dada ini berdebar bagai gendang yang ditabuh dengan kencang, maka kita harus terus maju merengkuh dayung menuju terang walau yang kita tumpangi cuma perahu sederhana

Syarif Wadja Bae
Februari 2010
Surabaya