Sabtu, 02 Februari 2013
Kamis, 16 Juni 2011
BINTANGMU DAN GERHANAKU
Kalian adalah cinta yang terlalu mengagungkan malam. Seolah menjadi trauma yang membingungkan, dan bahkan menguatkan benteng kenaifan Aku duduk diatas tenda, melihat bintangmu menggelinding di pinggir bukit. Bintangmu mencoba ingkar, membuatmu mundur teratur saat kau menginginkan pelangi. Tapi kenapa kau masih tetap di tempatmu, di bibir muara untuk menjerumuskan sekujur tubuh dalam kenaifan. Ya, kalian naïf karena menceburkan Tuhan kedalam muara itu. Padahal sangatlah mudah bagi Tuhan untuk menenggelamkan kalian. Terserah, jika kenaifan yang kau pilih menjadi sabun mandimu. Dalam gelap aku membacamu sambil Mempersiapkan diri setelah lingkar gelap gerhana pergi. Dan membawa pulang ruh gerhanaku setelah sinar subuh bersama embun - embun
Syarif Wadja Bae. Juni 2011 |
KALIAN DAN BURAM GERHANA
Burung – burung bersorak kabarkan keheranan. di bawah trembesi perantau menyaksikan Disitu kau duduk merajut tembang yang sempat berkelana jauh hampir tak kembali. Tidak Cuma lagu, dari situ sajak lahir, dari cerita cahaya gelombang laut yang membias buramkan gerhana, serta penunggu di dermaga, tempat sua kalian untuk menghancurkan sisa – sisa naif dan keraguan langkah. Syarif Wadja bae. Juni 2011 |