Rabu, 14 Januari 2009

Baca

Jangan merasa dicekik waktu seperti menelan semua isi asbak. Apa karena kau selalu bertanya tentang besok atau tentang semenit kemudian yang nantinya terjadi diluar rencana dari otak yang selalu kau banggakan dan lalu kau kaget. Ini bukan sebuah metafora tentang kemerdekaan yang cuma retorika.

Atau seperti sebuah alasan dari seorang seniman yang menjelaskan tentang arti dari karyanya. yang mungkin bukan bagian dari alasan awal sebelum dia berproses. Bisa jadi alasan itu terbaca saat sang seniman menapaki sekian fase dalam prosesnya.

Atau seperti penyair yang paceklik kata-kata dan akhirnya dia menulis dengan mengikuti ajakan tangannya.entah itu tangan dari hatinya atau tangan dari otaknya. Apa mungkin itu menjadi sebuah alasan yang menjadi pembenaran dari sebuah dendam seperti alasan Israel menyerang Palestina?

Lalu semua orang ramai berbicara dan menyalahkan Yahudi. seperti sepasang muda-mudi yang memadu cinta yang diselimuti suatu kecemburuan karena merasa diduakan?

Lalu kau mulai bingung lagi karena memikirkan tentang besok. Sementara hari ini kau belum bisa menuntaskan semua apa yang kau rencanakan kemarin tentang semua yang harus kau selesaikan hari ini.

Dan kemudian kebingunganmu itu kau jadikan dendam dengan alasan menjadikan itu sebagai mimpi yang harus kau capai tanpa berpikir tentang keseimbanganmu ketika kau sudah menggapai dan berjalan diatas mimpimu.

Bukalah matamu setiap saat untuk hari ini.
Bacalah !!

Setiap detiknya, bila perlu. Dan itu pun Jika bisa. Mungkin itu cara paling dahsyat jika diimplementasikan dalam hal mengingat dan beriman kepada Tuhanmu.

Syarif Wadja Bae
08 Januari 2009

Kamis, 01 Januari 2009

Kenapa Terus Buta?

Membaca.tentang titik kosong.
Mengurai resah saat di-amuk kalbu.
nafas yang lepas saat detak detik asa
menyapa bersama lepasnya celana.
tanpa iba saat melihat darah.
Angkuh teriak tentang masa depan..
besok belum pasti...hari ini…pasti.
ambil sukma melati dan aura pagi
tuk hempaskan periih…

Syarif Wadja Bae
010109