Senin, 09 November 2009

Awas Ibu Marah

senandung langit mengibas senyum sinis
hati yang dilahap keakuan akal.
seketika ludahmu ingin menampar lakumu
yang merobek ujung malam saat ayam jantan
menunggu giliran kumandangkan pagi yang jernih
yang siap kau kotori lagi.

sampah hari ini sedang menyimpan dendam padamu.
gergaji-gergaji mencatat disetiap kelok
tentang semua ucap yang kau ingkar.
binatang-binatang tanah sepakat untuk puasa,
dan bau mulut mereka membakar hidung
karena tak sabar mengunyah bangkaimu sedikit demi sedikit.

kau gotong nama Ibumu untuk berbohong
pada semua yang ada dalam keadaan.
seolah apa saja adalah kehendakmu.
sekalipun tak pernah terbesit karma dibenakmu.
ketahuilah, sang waktu sedang menanti saat
untuk merobohkan akumu.
dan kau akan merasakan lukamu yang terbungkus sepi.
kau wajar dicaci-maki para Pahlawan.

satu hal lagi;
awas Ibu marah


Syarif Wadja Bae
10 November 2009

Sabtu, 17 Oktober 2009

Lingkaran Sederhana

*Terimakasihku untuk Chairil Anwar dan W.S Rendra

Berangkat kesuasana tak bersuara, tapi tidak menjadi suatu keniscayaan berlatar keakuan.
Menyelam jauh kedalam emosi yang menjelma menjadi teratai.

Dalam semak-semak rasa, dia hidup, tumbuh, dan bersuara walau kadang tak menggema. Meliuk-liuk dalam bunga mata. Jangan biarkan langkahmu lupa dan tak paham tentang jejak, karena itu adalah guru.

Aku mengajakmu masuk kedalam lingkaran sederhana, seperti sapa embun dan sumringah melati. Tujuannya bukan kemenangan, tapi mengerti tentang arti, karena hidup cuma sekali.

Syarif Wadja Bae
pagi 14 Okt 2009

Rabu, 30 September 2009

Senja di Awan

Syarif Wadja Bae

Saat awan mengecup senja.
Perlahan gelap, menuju malam.
Sebuah cerita singkat kampung halaman ditelan bersama hilangnya terang.

Hanya sedikit yang tertuang dalam cangkir kalbu ini.
Sedikit yang sangat membekas.

*28 Sept 09

Jumat, 18 September 2009

Ayo Maju

Syarif Wadja Bae.

Apa tidak ada yang baru, yang tidak membuat otak jadi buntu?
Otakmu buntu bukan karena aku..
Tapi karena kamu kaku, ragu, dan lama tenggelam dalam bisu.
Diam itu tak akan jadi emasmu kalau kamu tak bertanya dan berkaca pada lubuk sanubarimu.

Orang-orang berani bergumul dengan deru.
Orang-orang telah mengerti bahasa debu.
Tapi kau ?

Dengar aku; beberapa bulan lalu,..
Saat aku menerobos keluar dari ruang itu,
Aku selipkan kunci yg sama di kotak kayu di samping pintu itu.
Ayo kawan, sekarang saatnya kita maju !!


Di Atas Kereta Api Gumarang saat berhenti di Semarang
16 September 2009

Senin, 07 September 2009

Yang Melengkapi

Syarif Wadja Bae

Seperti sempurnanya lagu yang kau nyanyikan,
sajak itu begitu mengendap jauh kedalam cahaya mata rasa.
Untuk keseratus kalinya peraduan itu terus membuat kita berkaca pada laut dan tanah.
Semoga kita tak saling mencuri kemurnian.
Sudah terlalu banyak novel yang menulis tentang penghianatan.

Jangan pernah kita sepakat untuk membangun piramida disetiap orde.
Mari kita bersekutu dengan waktu, menyatukan pendapat dengan musim, membungkus keadaan dengan senyum cemerlang, hingga sedih tak mau datang lagi.
Mungkin bagi mereka tidak berwarna, tapi dengan begitu kita punya warna sendiri.
Warna yang tak bisa dibeli.

Sept 09

Jumat, 28 Agustus 2009

Begitu saja

Percikan kata-kata berhamburan hingga beranda.
Bersama sebuah kotak kecil diantara barisan bunga.
Dalam satu detik jeda.
Terlahir dari titik pusat serupa simalakama.
Karena mata.
Lalu lupa begitu saja.
Cepat atau lambat, keheningan akan membuat kita merinding dan kembali mengingat semua

syarif wadja bae
Agustus 2009

Jumat, 21 Agustus 2009

Yang Sederhana

Meresapi nuansa rumah indah dan wangi.
Kembali pada suatu waktu kami bercumbu dalam lingkaran sederhana dengan kolak pisang kesukaan keluarga.
Bapak bercerita tentang hikmah makan bersama, sembari melirik ke arahku yang masih ngantuk karena sedikit repot untuk bangun pada pukul tiga saat sahur pertama tiba.

Rumah kami rumah yang kaya, bukan kaya harta, tapi kaya hati untuk berbagi dengan kerabat keluarga, terutama saat puasa.
Rumah kami rumah yang megah, bukan megah karena mewah, tapi megah oleh senyum yang merekah sebagai sedekah. Rumah itu bagai magnet untukku.
Aku ingin buka puasa dan lebaran di sana.
Di rumah itu bertebaran melati yang kami petik dari langit hati Orang Tua kami.

Mama, Bapak, Kakak, Ponakanku yang manis, sahabat dan teman-teman semua, maaf lahir bathin. Mari kita Puasa

syarif Wadja Bae

Minggu, 16 Agustus 2009

Masih retorika?

Sudahkah semua bisa tersenyum dengan tulus tanpa tersendat oleh lapar, dan tangis karena ketidakadilan?
Ampun TUHAN !
kami tak mau lagi ada bencana

Syarif Wadja Bae
Terminal Blok M

Minggu, 09 Agustus 2009

Atmosphere: Dagangan Corong

Syarief Waja Bae

Jenuh aku mendengar hasutan dari jantungmu yang berdebar cepat tak beraturan.
Aku tau, kau bahkan ingin memelukku dengan nafas lelahmu yg bernafsu untuk membentuk opini dan wacana celaka dengan mengusung prinsip dan moral yang kacau, yg kau jalankan saat Ibu-Ibu waspada terhadap anak-anak mereka yang beranjak dewasa.
Kau corong yang tak berguna.
Lebih berguna corong bensin dan minyak tanah bagi Tukang ojek, Sopir angkot, dan Penjual gorengan.
Kau menyesatkan !!

Awal Agustus 09

Senin, 27 Juli 2009

Di Surga Dunia yang Ter,..

Tempat yg mereka sebut surganya surga dunia itu kembali berdebu tebal, debunya melebihi tebal kulit badak.
Di surganya dunia itu Ibu-Ibu kembali menangis hingga airmata mereka kering, bercampur debu di pipi dan membungkam bibir manis mereka.
Pertanyaan unik kembali mereka sebut; kenapa di tempat yg orang-orang sebut surganya dunia ini dipadati teka-teki berbisa?
Sementara di balik layar sana, aktivis calo tersungging dengan dokumen palsu yg berisikan jutaan teka-teki yg tigabelas kali lipat lebih berbisa yg belum ditandatangani oleh sang penebar senyum pada Ibu-Ibu tadi.
Sebelumnya, dari tempat datangnya mentari di surganya dunia itu, tercium bau logam yg beratus-ratus windu berubah menjadi bau darah yg menempel pada belati yg merobek-robek jingga sanubari mereka yg selalu sabar akan pemerkosaan terhadap prinsip yg berulang-ulang.
Aku ingat cerita temanku tentang amarah bapaknya yg mengatakan; di surganya dunia itu sebaiknya penghuni yg telah berusia dewasa hingga yg paling tua dibunuh semua, agar yg hidup dan tinggal disitu hanya remaja & anak2 yg tidak tahu segala macam teka-teki berbisa.
Tapi aku heran, kenapa di surganya dunia itu sering terjadi kekacauan? Dan kenapa bapak dari temanku tadi berkata begitu?
Bukannya surga tempat yg teraman, tertentram, terindah dan segala yg paling ter, yg positif untuk umat manusia? Apa harus tanya kenapa?

Syarif Wadja Bae
Juli 2009

Minggu, 10 Mei 2009

Terkamu Keliru

Kau yang selalu menyala dibalik tirai mataku, menerka dari belakang kacamu tentang sepiku. padahal sepiku telah pergi bersama kesunyian pada sekian teluk yang kutemui dalam jalanku kesini bersama kapal yang berselimutkan corak musim yang menempel tebal pada dinding - dinding pilu. yang kau terka itu cuma perhentian sejenak. seperti mati dalam sepuluh detak.

Dan kemudian berlari kembali dengan kencang bersama roda yang diiris miris pada jalan tragis. setelah itu amarahmua melotot, melompat kearah mereka yang bercanda dengan kaos Tuhan atas tampilan acak yang kau anggapa penat.


Syarif Wadja Bae
awal mei 2009

Sabtu, 11 April 2009

Kata-kata Ini Untukmu

tenggelamlah dalam samudra bening.
dan berikan tanda disana. tanpa merusak beningnya.
terserah, apa yang kau rangkai disana.
tetaplah hati-hati karena itu.. samudra. walau bening.
kalau bingung, bacalah puisi tentang kapas dan karma.
selimuti dengan angklung. biarkan angin yang memandumu.
karena aku tau kau tak bisa memainkan angklung.
kemudian pelan-pelan pejamkan matamu. lalu,
satukan bening matamu dengan bening samudra itu.
tetap hati-hati yaa.. (kalau bingung lagi, sebut namaku)


syarif wadja bae
april 2009

Sabtu, 21 Maret 2009

Dialog Anak Panah

Syarif Wadja Bae

daun yg hampir remuk...seratnya tersenyum,melempar asa untuk bertahan saat pancaroba tiba..senyumnya biasa,namun sukmanya seolah menarik kedua lenganku yg menjepit kepalaku yg diamuk palu...hehehe..:):) hai daun remuk yg seratnya buatku tersenyum...aku ingin kita bicara tanpa takut pada waktu walau malam ingin menutup kelambu...tanpa siapa2...disana...ditempat yg membuat aku dan kau terbuai..bicara tak kenal lelah atas apa yg terbaca pada setiap apa yg buat kita hampir nyerah dan pasrah...mari kita bicara...terus bicara...hingga kau memanggilku; lelaki yg mampu keluar dari amukan palu....dan kau kembali menjadi daun muda...karena peraduan kharisma...:):)

syarif wadja bae//200309//

Sabtu, 14 Maret 2009

Kementus

Baru saja kita sama sepakat untuk berterus terang pada PhiloSophia, namun kau masih selalu bergantung dan mengharapakan bantuan Tuhan..bahkan berteriak-teriak kepadaNYA.... lalu, apa kau paham dengan ungkapanmu kepada PhiloSophia???
kenapa harus selalu berteriak pada Tuhan? sementara DIA sangat dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi, lebih dekat dari darah yang mengalir dalam dirimu, dan lebih dekat dari nafas yg kau hirup!! dan itu bukan sebuah metafora belaka!!.
saat kau diterpa masalah, kau selalu berteriak; Tuhan tolong, aku ada Masalah, keluarkan aku dari masalah ini Tuhan.... tapi kenapa kau tidak berteriak; wahai masalah aku yakin bisa mengatasimu karena Tuhan selalu bersamaku walau aku juga sedang bersama dosa....

aku tidak mengatakan kau salah, tapi kau selalu terjebak oleh logikamu yg menjadikanmu naif... kemudian kau tambahkan dengan nalar matematikamu, yang kau sebut itu semua berangkat dari kalbumu.....hahaha:) kementus!!


Syarif Wadja Bae
14 Maret 2009

Jumat, 27 Februari 2009

.......(tidak ada judul)

kau goresan pensil yg mudah dihapus...
padahal orang-orang sering merasakan luka...
bahkan ada yang menganggap semuanya sudah pupus...
apa maksudmu menjelma dalam goresan itu pada setiap murka...
sementara kau tak mau disapa sebagai malaikat ataupun setan yg paling halus...
aku akan membuat perhitungan denganmu kalau goresan itu adalah kosong dalam ada...
yang tak mau kau tunjukan dalam kalasuba saat air didaun itu tak ingin pergi karena neraka...

Syarif Wadja Bae
210209

Selasa, 10 Februari 2009

kepada PhiloSophia

kau yang menari dalam tiga detak jarum
seperti bulan yang bertengger di ujung rumput
sebelum pamit karena malu pagi telah datang.
dengan kelopak pipi saat segala daya hampir
dikirim keujung kuku dengan mesin ya garang,
titik sua itu serasa membentuk sepasang sayap yang memaksa terbang....
........................kepada philosophia, mari berterus terang...


Syarif Wadja Bae
Surabaya. Senin 090209

Rabu, 14 Januari 2009

Baca

Jangan merasa dicekik waktu seperti menelan semua isi asbak. Apa karena kau selalu bertanya tentang besok atau tentang semenit kemudian yang nantinya terjadi diluar rencana dari otak yang selalu kau banggakan dan lalu kau kaget. Ini bukan sebuah metafora tentang kemerdekaan yang cuma retorika.

Atau seperti sebuah alasan dari seorang seniman yang menjelaskan tentang arti dari karyanya. yang mungkin bukan bagian dari alasan awal sebelum dia berproses. Bisa jadi alasan itu terbaca saat sang seniman menapaki sekian fase dalam prosesnya.

Atau seperti penyair yang paceklik kata-kata dan akhirnya dia menulis dengan mengikuti ajakan tangannya.entah itu tangan dari hatinya atau tangan dari otaknya. Apa mungkin itu menjadi sebuah alasan yang menjadi pembenaran dari sebuah dendam seperti alasan Israel menyerang Palestina?

Lalu semua orang ramai berbicara dan menyalahkan Yahudi. seperti sepasang muda-mudi yang memadu cinta yang diselimuti suatu kecemburuan karena merasa diduakan?

Lalu kau mulai bingung lagi karena memikirkan tentang besok. Sementara hari ini kau belum bisa menuntaskan semua apa yang kau rencanakan kemarin tentang semua yang harus kau selesaikan hari ini.

Dan kemudian kebingunganmu itu kau jadikan dendam dengan alasan menjadikan itu sebagai mimpi yang harus kau capai tanpa berpikir tentang keseimbanganmu ketika kau sudah menggapai dan berjalan diatas mimpimu.

Bukalah matamu setiap saat untuk hari ini.
Bacalah !!

Setiap detiknya, bila perlu. Dan itu pun Jika bisa. Mungkin itu cara paling dahsyat jika diimplementasikan dalam hal mengingat dan beriman kepada Tuhanmu.

Syarif Wadja Bae
08 Januari 2009

Kamis, 01 Januari 2009

Kenapa Terus Buta?

Membaca.tentang titik kosong.
Mengurai resah saat di-amuk kalbu.
nafas yang lepas saat detak detik asa
menyapa bersama lepasnya celana.
tanpa iba saat melihat darah.
Angkuh teriak tentang masa depan..
besok belum pasti...hari ini…pasti.
ambil sukma melati dan aura pagi
tuk hempaskan periih…

Syarif Wadja Bae
010109