Rabu, 30 September 2009

Senja di Awan

Syarif Wadja Bae

Saat awan mengecup senja.
Perlahan gelap, menuju malam.
Sebuah cerita singkat kampung halaman ditelan bersama hilangnya terang.

Hanya sedikit yang tertuang dalam cangkir kalbu ini.
Sedikit yang sangat membekas.

*28 Sept 09

Jumat, 18 September 2009

Ayo Maju

Syarif Wadja Bae.

Apa tidak ada yang baru, yang tidak membuat otak jadi buntu?
Otakmu buntu bukan karena aku..
Tapi karena kamu kaku, ragu, dan lama tenggelam dalam bisu.
Diam itu tak akan jadi emasmu kalau kamu tak bertanya dan berkaca pada lubuk sanubarimu.

Orang-orang berani bergumul dengan deru.
Orang-orang telah mengerti bahasa debu.
Tapi kau ?

Dengar aku; beberapa bulan lalu,..
Saat aku menerobos keluar dari ruang itu,
Aku selipkan kunci yg sama di kotak kayu di samping pintu itu.
Ayo kawan, sekarang saatnya kita maju !!


Di Atas Kereta Api Gumarang saat berhenti di Semarang
16 September 2009

Senin, 07 September 2009

Yang Melengkapi

Syarif Wadja Bae

Seperti sempurnanya lagu yang kau nyanyikan,
sajak itu begitu mengendap jauh kedalam cahaya mata rasa.
Untuk keseratus kalinya peraduan itu terus membuat kita berkaca pada laut dan tanah.
Semoga kita tak saling mencuri kemurnian.
Sudah terlalu banyak novel yang menulis tentang penghianatan.

Jangan pernah kita sepakat untuk membangun piramida disetiap orde.
Mari kita bersekutu dengan waktu, menyatukan pendapat dengan musim, membungkus keadaan dengan senyum cemerlang, hingga sedih tak mau datang lagi.
Mungkin bagi mereka tidak berwarna, tapi dengan begitu kita punya warna sendiri.
Warna yang tak bisa dibeli.

Sept 09