Selasa, 29 Juli 2008

Purnama-purnama

Kala purnama-purnama mencatat sejarah
Mengobral warna pesona jiwa
Mengtasnamakan hati entah kenapa
Semoga tidak mengucilkan esensinya

Masuk ketelinga
Terlintas didepan mata
Kadang tersaring, kadang hampa
Larut kedalam lalu kau hembuskan dengan raciikanmu
Aroma itu terbang dan menimbulkan
Persepsi-persepsi

Kemudian kau menyebutnya:
Itu purnama
Itu melati
Itu mawar

Coba pandangi setiap apa yang direfleksikannya
Jangan ceroboh untuk melingkari

Hampir setiap jejak dicatat
Harumnya terpancar dari lembaran yang maya
Awas terjebak fatamorgananya.
Biarkanlah singgasana itu terlahir
Jangan kau baluti dengan paksaan.
Memang itu firdaus
Jangan kau buat dia tercoreng
Kau Cuma menyikapinya

Jangan salahkan panggungnya
Lihatlah tarian yang kau pentaskan
Jangan kau telan sabda yang sudah kau tebar

Cahaya bulan itu tidak terlahir
Kaulah matahari yang membuat auranya terpancar.
bukan dengan logika yang menjadikanmu naif


syarif waja bae
Lingkar 18 september 2006

Rabu, 09 Juli 2008

Kata dan Sapa Kelud

Anak dan asap penuh aura keluar
Dari singgasana rahim mulia.
Bersama hembusan sejuk
Menyapa para pujangga
Yang menembus dan berjalan
Pada kedalaman kata-kata semesta.

Matahari melirik dari balik gunung.
Melengkung dengan dua titik lesung.
Akankah tetap tegak seperti alif
Saat semua belum rampung?


Kediri, Juli 2008