Senin, 29 Maret 2010

Binar Kesepian

Syarief Wadja Bae

Kesepian tumpah berserakan
bahkan becek dan memecah arah.
Pada relung pagi daun-daun berbisik
tentang kabut yang beranjak menutupi
tikungan tempat lahir aksara
yang membakar menit jika saja
sedikit gesekan terjadi
dan perang akan jadi akibat

Kunang-kunang menutup diri
dengan payung hitam
mengibar niat untuk menembus pagi
karena belum usai membekali kupu-kupu
pembawa tinta yang dikirim
untuk kertas-kertas dalam bilik abu-abu

Tak mau hanya dengan mengalir saja
tanpa memahami lubang-lubang
yang menjadi tempat menampung
dan mengendapkan segala aku
yang bisa mengakar lagi,
membuat isi kepala berjamur taring
hingga mata buta karena gagal
merekam mekar mawar yang dibungkus
binar kejujuran

Semua akan rugi bila yang dibangun
tiba-tiba menjelma fatamorgana.
Bersekutulah dengan musim
agar paham dan bertahan sampai
tujuan tanpa tameng yang disulap otak
untuk membangunkan penyakit lama

Maret 2010

Selasa, 09 Maret 2010

Ini Rambu Zaman

Syarif Wadja Bae

aku bungkus kalimatmu
lalu aku timbang,
bobotnya bertambah,
tapi setelah aku telaah,
kata demi kata,
ternyata
tidak kutemukan pelangi disana.
aku hanya mendapatkan kuncup bunga.
harumnya jelas terasa
dan membuatmu
ingin segera memetiknya,
namun kau harus sabar,
karena belum waktunya.
biarkan dia seperti padi
yang menjadi cerminmu.

kubaca lagi tulisanmu.
kemudian aku simpulkan,
sebenarnya jalan kita sama
hanya saja cara kita beda
dalam memahami rambu-rambu
di sepanjang jalan itu.
tapi tak apa,
yang penting kita paham
dan bisa melewatinya
hingga bersua
pada tujuan yang sama.

o'iya hati-hati,
di jalan itu
banyak berserakan
bungkusan kalimat,
terlebih kalimat bisu
dan dahaga,
bahkan keadaannya
hampir menyerupai
cerita tentang zaman Ibrahim

| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |