Tuangkan saja pada mulut subuh jika kau lelah dan tak mau rubuh oleh catatan singkat yang menggunung memanas di tubuh hatimu yang hampir runtuh Dia belum bisa merajut benang dalam kepal kalbumu.agar tak lagi berunding tentang musim yang telah purna di mata kalian maka keluarlah dari stempel yang menginjak dirimu. ini bukan kisah sepotong musim tapi ini adalah kata yang patah di ujung lidah Bila kau bilang jaman yang menjadi sebab dari perbedaan, kau sama saja pecundang yang hilang arah dalam petamu sendiri. ayo tuangkan, kalau perlu muntahkan saja semua di mulut subuh ini, Saudaraku Syarif Wadja Bae akhir Maret 2011 |
Jumat, 01 April 2011
Patah di ujung lidah
Buntu
Aku lihat lima potong rasa dalam kepalamu. Kau benturkan pada kata-kata. Seperti selambar daun yang berharap segera punah ditengah jernihnya telaga.
Kau sukar temui sunyi dalam diam yang kau paksakan. Sulit Mencari mekar aksara. Menjadi angan dan menyisakan angin, lalu hilang tanpa sedikitpun bisa kau baca sendiri.
Kadang kau berkaca pada layang-layang dimendungnya siang namun pecah oleh hujan.
Puisimu tenggelam di benak. Dan kau lupa mencuri tinta dalam detak dadamu
Syarif Wadja Bae
Akhir Maret 2011
Langganan:
Postingan (Atom)