Rabu, 11 Agustus 2010

Guci kosong menunggu diisi

Syarif Wadja Bae

Guci kosong menunggu diisi.
setelah diisi menunggu ditimbang.
lalu ditumpahkan ke dalam bilik putih.
kemudian guci kosong lagi.
selalu begitu. berulang-ulang.

Sebaiknya aku hancurkan saja guci itu.
bukan karena tak mau ditimbang.

Tapi aku ingin jadi guci untuk apa yang terisi dalam diri ini.
Agar aku tau pasti, tentang apa yang ditumpahkan kedalam bilik putih.
Karena bilik hitam beserta isinya telah menamparku.


11 Agustus 2010 – 1 Ramadhan 1431H