Senin, 22 September 2008

Mungkin

malam itu terdengar perbincangan
antara kelelawar dan burung hantu
tentang kepalsuan cahaya bulan.
itu disebabkan burung hantu yang pernah
menikmati siang dan merasakan sinar matahari
yang menurutnya lebih berani dan lebih sejati.
kelelawar pun bertanya;
kenapa kau berani melanggar kodratmu??
bukankah aktifitas kita dimalam hari??.
"bukan maksudku melanggar kodrat,
tapi karena aku resah atas keyakinanku tentang cahaya.
saat itu hatiku yakin bahwa ada cahaya yang lebih dahsyat
dari cahaya bulan". jawab burung hantu.
apa kau melihatnya burung hantu??lanjut si kelelawar.
"sobatku kelelawar, aku tidak sekedar melihatnya,
tapi aku merasakan dan meresapi,
hingga kekuatan cahayanya masuk ke dalam mataku.
tentu kau tak habis pikir" kata burung hantu karena
ekspresi heran yang terlihat dari wajah kelelawar.
setelah itu mereka pun saling diam.
dan tak lama berselang, tiba-tiba tanpa disengaja, secara bersamaan mereka berkata;
tapi apa mungkin itu adalah rahasia dari penglihatan??
mungkin...?? jawab burung hantu...


syarif wadja bae
Kediri-Ende-Surabaya

Selasa, 09 September 2008

Tikar Ibu

Seperti dua titik lesung bulan sabit diatas teratai
Yang melambai Pada sepoi lentik dan gemulai

Sari itu budi
Serupa senyum kertas disetiap langkah tinta.
Begitupula dengan anggunnya Ibu
Saat kita menginjaknya berkali-kali.

Kereta itu masuk ke terowongan
Menabrak ratusan kelelawar yang mengganggu kunang-kunang dalam kepala yang bisu akan ihwal singkatnya usia api pada lilin bodoh.

Menyerang sekujur tubuh rusuh lelaki yang lupa akan banyak mimpi disetiap tidurnya.
Yang dia ingat hanyalah sosok berkerudung duduk dalam gelas terakhir yang sedang menganyam tikar bermotif segala bentuk dengan warna pelangi.


Syarif Wadja Bae
Surabaya-Ende.
Juli-September 2008.