Percikan kata-kata berhamburan hingga beranda.
Bersama sebuah kotak kecil diantara barisan bunga.
Dalam satu detik jeda.
Terlahir dari titik pusat serupa simalakama.
Karena mata.
Lalu lupa begitu saja.
Cepat atau lambat, keheningan akan membuat kita merinding dan kembali mengingat semua
syarif wadja bae
Agustus 2009
Jumat, 28 Agustus 2009
Jumat, 21 Agustus 2009
Yang Sederhana
Meresapi nuansa rumah indah dan wangi.
Kembali pada suatu waktu kami bercumbu dalam lingkaran sederhana dengan kolak pisang kesukaan keluarga.
Bapak bercerita tentang hikmah makan bersama, sembari melirik ke arahku yang masih ngantuk karena sedikit repot untuk bangun pada pukul tiga saat sahur pertama tiba.
Rumah kami rumah yang kaya, bukan kaya harta, tapi kaya hati untuk berbagi dengan kerabat keluarga, terutama saat puasa.
Rumah kami rumah yang megah, bukan megah karena mewah, tapi megah oleh senyum yang merekah sebagai sedekah. Rumah itu bagai magnet untukku.
Aku ingin buka puasa dan lebaran di sana.
Di rumah itu bertebaran melati yang kami petik dari langit hati Orang Tua kami.
Mama, Bapak, Kakak, Ponakanku yang manis, sahabat dan teman-teman semua, maaf lahir bathin. Mari kita Puasa
syarif Wadja Bae
Kembali pada suatu waktu kami bercumbu dalam lingkaran sederhana dengan kolak pisang kesukaan keluarga.
Bapak bercerita tentang hikmah makan bersama, sembari melirik ke arahku yang masih ngantuk karena sedikit repot untuk bangun pada pukul tiga saat sahur pertama tiba.
Rumah kami rumah yang kaya, bukan kaya harta, tapi kaya hati untuk berbagi dengan kerabat keluarga, terutama saat puasa.
Rumah kami rumah yang megah, bukan megah karena mewah, tapi megah oleh senyum yang merekah sebagai sedekah. Rumah itu bagai magnet untukku.
Aku ingin buka puasa dan lebaran di sana.
Di rumah itu bertebaran melati yang kami petik dari langit hati Orang Tua kami.
Mama, Bapak, Kakak, Ponakanku yang manis, sahabat dan teman-teman semua, maaf lahir bathin. Mari kita Puasa
syarif Wadja Bae
Minggu, 16 Agustus 2009
Masih retorika?
Sudahkah semua bisa tersenyum dengan tulus tanpa tersendat oleh lapar, dan tangis karena ketidakadilan?
Ampun TUHAN !
kami tak mau lagi ada bencana
Syarif Wadja Bae
Terminal Blok M
Ampun TUHAN !
kami tak mau lagi ada bencana
Syarif Wadja Bae
Terminal Blok M
Minggu, 09 Agustus 2009
Atmosphere: Dagangan Corong
Syarief Waja Bae
Jenuh aku mendengar hasutan dari jantungmu yang berdebar cepat tak beraturan.
Aku tau, kau bahkan ingin memelukku dengan nafas lelahmu yg bernafsu untuk membentuk opini dan wacana celaka dengan mengusung prinsip dan moral yang kacau, yg kau jalankan saat Ibu-Ibu waspada terhadap anak-anak mereka yang beranjak dewasa.
Kau corong yang tak berguna.
Lebih berguna corong bensin dan minyak tanah bagi Tukang ojek, Sopir angkot, dan Penjual gorengan.
Kau menyesatkan !!
Awal Agustus 09
Jenuh aku mendengar hasutan dari jantungmu yang berdebar cepat tak beraturan.
Aku tau, kau bahkan ingin memelukku dengan nafas lelahmu yg bernafsu untuk membentuk opini dan wacana celaka dengan mengusung prinsip dan moral yang kacau, yg kau jalankan saat Ibu-Ibu waspada terhadap anak-anak mereka yang beranjak dewasa.
Kau corong yang tak berguna.
Lebih berguna corong bensin dan minyak tanah bagi Tukang ojek, Sopir angkot, dan Penjual gorengan.
Kau menyesatkan !!
Awal Agustus 09
Langganan:
Postingan (Atom)