Syarif Wadja Bae
Lembayung senja sore tadi dibungkus mendung dan gerimis.
Pulau-pulau menangis meratapi pancaroba tak berujung
seperti diselimuti nuansa mistis.
Pengembara kehilangan jejak dan bingung menghitung persimpangan karena kosong yang tragis.
Lagu Ibu dinyanyikan dengan kelopak hati yang rusak
bersama hidungmu yang terus membengkak
saat gejolak rindu akan cita-cita pudar ditelan ombak.
kau paksa semua semakin terkoyak dalam gelombang kepalsuan yang membuat muak.
aku akui, Sungguh dahsyat pengakuan iblis !
ketimbang kau yang mengaku malaikat ksatria tapi jiwamu bencong.
kau takut pada badai dan teriakan generasi.
kau lebih pantas jadi keong yang merangkak dikawasan peternakan gajah
Januari 2010
Rabu, 20 Januari 2010
Sabtu, 16 Januari 2010
Abu-abu
Pagi turun lagi disini
saat Kelelawar mulai ngantuk.
Corak hujan sulit terbaca dalam bulan tak jelas suara dan cerita.
Ada Manusia menjadi truk gandeng berbentuk reptil
menabrak Pejalan kaki, menggilas dengan bengis dan sadis
tanpa peduli isak tangis.
Pengembara yang mencatat raut senja
terdiam bisu didepan asbak
karena senyum senja juga tak terbaca
dan abu-abu serupa isi asbak.
Bunyi lonceng semakin keras
tanda mereka yang mati dalam hidup
menjelma tikus rakus dihadapan Tuhan yang selalu dijadikan batu pelarian.
Dan orang-orang suci membuka jalan
menuju jawaban teka-teki kepada Generasi yang tak mengerti basa-basi
tentang Negeri yang hatinya terbakar api.
Disini, di Pulau ini, sekarang dibuka pendaftaran Relawan yang punya hati untuk menghapus air mata Ibu yang suci dan membuatnya tersenyum kembali
Surabaya, pertengahan Januari 2010
saat Kelelawar mulai ngantuk.
Corak hujan sulit terbaca dalam bulan tak jelas suara dan cerita.
Ada Manusia menjadi truk gandeng berbentuk reptil
menabrak Pejalan kaki, menggilas dengan bengis dan sadis
tanpa peduli isak tangis.
Pengembara yang mencatat raut senja
terdiam bisu didepan asbak
karena senyum senja juga tak terbaca
dan abu-abu serupa isi asbak.
Bunyi lonceng semakin keras
tanda mereka yang mati dalam hidup
menjelma tikus rakus dihadapan Tuhan yang selalu dijadikan batu pelarian.
Dan orang-orang suci membuka jalan
menuju jawaban teka-teki kepada Generasi yang tak mengerti basa-basi
tentang Negeri yang hatinya terbakar api.
Disini, di Pulau ini, sekarang dibuka pendaftaran Relawan yang punya hati untuk menghapus air mata Ibu yang suci dan membuatnya tersenyum kembali
Surabaya, pertengahan Januari 2010
Senin, 04 Januari 2010
Harus Dikupas
Syarief Wadja Bae
Jiwa mana yang rela melihat cintanya terkoyak, sedang talangan sungai belum selesai dihitung.
Diantara kepingan perih yang mampir pada lembaran malam-malam kita, ada yang harus diusap segera. bercak becek yang menempel dicermin kita.
Jangan terlalu lama tenggelam dalam isak kehilangan. jangan sampai mimpi kita digulung waktu. Kalbu yang dibungkus mendung akan dihapus cahaya bulan, karena lelaki itu telah mengumandangkan Alif dikuping hati matahari.
Karena kenyataan harus dikabarkan maka harus kita kupas semua isyarat yang tersirat, agar padang hijau kita semakin sedikit durinya. Ikhlaskan kepergiannya karena kuncinya ada ditelapak kaki Ibu.
Syarif Wadja Bae
awal Januari 2010
Jiwa mana yang rela melihat cintanya terkoyak, sedang talangan sungai belum selesai dihitung.
Diantara kepingan perih yang mampir pada lembaran malam-malam kita, ada yang harus diusap segera. bercak becek yang menempel dicermin kita.
Jangan terlalu lama tenggelam dalam isak kehilangan. jangan sampai mimpi kita digulung waktu. Kalbu yang dibungkus mendung akan dihapus cahaya bulan, karena lelaki itu telah mengumandangkan Alif dikuping hati matahari.
Karena kenyataan harus dikabarkan maka harus kita kupas semua isyarat yang tersirat, agar padang hijau kita semakin sedikit durinya. Ikhlaskan kepergiannya karena kuncinya ada ditelapak kaki Ibu.
Syarif Wadja Bae
awal Januari 2010
Langganan:
Postingan (Atom)