Kalatida dan Kalabendu sudah menjadi arus lumpur deras
Kotor, najis, meluluhlantahkan semuanya
Senandung Rahim bumi yang teduh dikoyak-koyak, Dihujam berkali-kali
Aborsi terus berulang
Mulut-mulut dijahit mesin raksasa
anak kecil itu kebingungan mencari kunang-kunang
Yang biasanya dia temui di atas pohon samping pematang yang telah hilang
Dalam pencariannya, Dia malah dikencingi pupa
Malam yang melahirkan candra kirana pupus bersama hilangnya suara srigala yang pergi karena takut akan pagi yang sekarang.
Pagi yang tak sejuk lagi
Pagi yang gagal mengirim embun pada bunga dan rumput
Terlintas sebuah lingkaran generasi yang melingkar menjadi generasi dajal
Rasa takut merasuki hati
Akan ada berita apalagi setelah jendela kamar di buka
Akankah ikan-ikan di bawah jendela itu masih menangis
Dan berenang diatas air matanya sendiri seperti kemarin
Anak kecil itu diam melihat ibunya yang tak tau harus melakukan apa di dapur
Sementara kaki bapak gemetar sebelum sampai di beranda;
Kalimat apalagi yang kupakai untuk menangkis pertanyaan istri dan anakku
Pertanyaan yang selalu sama
Kini Rumah kehilangan harmoni
Dan entah sampai kapan
26 Mei 2008
Selasa, 27 Mei 2008
Minggu, 18 Mei 2008
Merah Putih
Merah tak berani lagi
Putih sudah tak suci
Perputaran ini yang telah membuktikannya
Seperti berada di dalam rimba
Pertiwi diam membisu
Pertiwi kehabisan air mata
Pertiwi diserang struk yang berkepanjangan
Pertiwi dipenjara anak-anaknya yang terus bangga dan latah
Termasuk kau dan aku
Hey! bersatunya merah dan putih telah menjadikanmu janin
Kemudian kita terlahir dengan tangan yang terkepal.
Menandakan kuatnya keinginan untuk hidup
Disertai dengan tangisan yang semangatnya membara…merah…merah...
Ayat-ayat suci menyambut dengan tulus…karena kau putih…tanpa noda
Setelah terbuai dengan ampas-ampas itu
Kita berdusta terhadap merah dan putih
Rusak semuanya
Mana kesaktian merah? Mana auranya putih? Mana?
Lihat! merahnya darah yang tumpah akibat pertikaian sudah menjadi hal yang biasa
Putihnya norma-norma sudah dicabik-cabik. Diobral tanpa harga dengan
Mengatasnamakan zaman yang tidak bisa dilawan
Banyak tanah yang menjadi saksi tragedi
Mulai dari Rencong sampai Cendrawasih
Naluri diperkosa, ideologi tinggal nama
Dan perahunya terus diterpa gelombang yang murka
sia-sia kuhormati kau disetiap senin pagi selama 12 tahun
yang diselingi lagu sang maestro biola
jejak najis ini terus memebekas dan berakar
episodenya terus melangkah dengan dendam dan nafsu
kenapa kita tidak mengkaji benang merah yang dibawa Budha, Bagawan biasa, Jesus Dan Muhammad?
Putih sudah tak suci
Perputaran ini yang telah membuktikannya
Seperti berada di dalam rimba
Pertiwi diam membisu
Pertiwi kehabisan air mata
Pertiwi diserang struk yang berkepanjangan
Pertiwi dipenjara anak-anaknya yang terus bangga dan latah
Termasuk kau dan aku
Hey! bersatunya merah dan putih telah menjadikanmu janin
Kemudian kita terlahir dengan tangan yang terkepal.
Menandakan kuatnya keinginan untuk hidup
Disertai dengan tangisan yang semangatnya membara…merah…merah...
Ayat-ayat suci menyambut dengan tulus…karena kau putih…tanpa noda
Setelah terbuai dengan ampas-ampas itu
Kita berdusta terhadap merah dan putih
Rusak semuanya
Mana kesaktian merah? Mana auranya putih? Mana?
Lihat! merahnya darah yang tumpah akibat pertikaian sudah menjadi hal yang biasa
Putihnya norma-norma sudah dicabik-cabik. Diobral tanpa harga dengan
Mengatasnamakan zaman yang tidak bisa dilawan
Banyak tanah yang menjadi saksi tragedi
Mulai dari Rencong sampai Cendrawasih
Naluri diperkosa, ideologi tinggal nama
Dan perahunya terus diterpa gelombang yang murka
sia-sia kuhormati kau disetiap senin pagi selama 12 tahun
yang diselingi lagu sang maestro biola
jejak najis ini terus memebekas dan berakar
episodenya terus melangkah dengan dendam dan nafsu
kenapa kita tidak mengkaji benang merah yang dibawa Budha, Bagawan biasa, Jesus Dan Muhammad?
Jumat, 09 Mei 2008
PERGULATAN AKHIR BINATANG JALANG
Tatkala Harimau-harimau memproklamirkan diri
Memegang perangkat hukum
Merusak meja hijau belantara
Keadilan rimba mencapai titik puncak sakaratul maut
Persekutuan serigala dan burung Hantu
Dicakar hingga tak bersuara
Burung Nazar mati
karena kekenyangan ribuan usus busuk binatang jalang
harimau membagi warisan hingga tujuh turunan
masing-masing menguasai wilayahnya
yang penuh dengan daging-daging segar
akhirnya semuanya mati
yang tertinggal hanyalah kaum mereka
Polemik terjadi
Dilema terus memusingkan otak mereka
Isi rimba tinggal nama
Kemana lagi harus mencari daging-daing segar
Daun dan ranting melakukan bunuh diri secara berjamaah
karena panggilan hati
semua pohon rapuh
tinggal padang yang tandus, kering dan retak
Harimau-harimau itu kebingungan
Jutaan suara terdengar dari langit: ha..ha..ha…
seraya berkata ha..ha..ha…
apalagi yang akan kau makan bajingan!!!
Sanggar Pramuka Lawang
06-07 Feb 2007
Syarif Wadja Bae
Memegang perangkat hukum
Merusak meja hijau belantara
Keadilan rimba mencapai titik puncak sakaratul maut
Persekutuan serigala dan burung Hantu
Dicakar hingga tak bersuara
Burung Nazar mati
karena kekenyangan ribuan usus busuk binatang jalang
harimau membagi warisan hingga tujuh turunan
masing-masing menguasai wilayahnya
yang penuh dengan daging-daging segar
akhirnya semuanya mati
yang tertinggal hanyalah kaum mereka
Polemik terjadi
Dilema terus memusingkan otak mereka
Isi rimba tinggal nama
Kemana lagi harus mencari daging-daing segar
Daun dan ranting melakukan bunuh diri secara berjamaah
karena panggilan hati
semua pohon rapuh
tinggal padang yang tandus, kering dan retak
Harimau-harimau itu kebingungan
Jutaan suara terdengar dari langit: ha..ha..ha…
seraya berkata ha..ha..ha…
apalagi yang akan kau makan bajingan!!!
Sanggar Pramuka Lawang
06-07 Feb 2007
Syarif Wadja Bae
Langganan:
Postingan (Atom)