Kalatida dan Kalabendu sudah menjadi arus lumpur deras
Kotor, najis, meluluhlantahkan semuanya
Senandung Rahim bumi yang teduh dikoyak-koyak, Dihujam berkali-kali
Aborsi terus berulang
Mulut-mulut dijahit mesin raksasa
anak kecil itu kebingungan mencari kunang-kunang
Yang biasanya dia temui di atas pohon samping pematang yang telah hilang
Dalam pencariannya, Dia malah dikencingi pupa
Malam yang melahirkan candra kirana pupus bersama hilangnya suara srigala yang pergi karena takut akan pagi yang sekarang.
Pagi yang tak sejuk lagi
Pagi yang gagal mengirim embun pada bunga dan rumput
Terlintas sebuah lingkaran generasi yang melingkar menjadi generasi dajal
Rasa takut merasuki hati
Akan ada berita apalagi setelah jendela kamar di buka
Akankah ikan-ikan di bawah jendela itu masih menangis
Dan berenang diatas air matanya sendiri seperti kemarin
Anak kecil itu diam melihat ibunya yang tak tau harus melakukan apa di dapur
Sementara kaki bapak gemetar sebelum sampai di beranda;
Kalimat apalagi yang kupakai untuk menangkis pertanyaan istri dan anakku
Pertanyaan yang selalu sama
Kini Rumah kehilangan harmoni
Dan entah sampai kapan
26 Mei 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar