Senin, 27 Juli 2009

Di Surga Dunia yang Ter,..

Tempat yg mereka sebut surganya surga dunia itu kembali berdebu tebal, debunya melebihi tebal kulit badak.
Di surganya dunia itu Ibu-Ibu kembali menangis hingga airmata mereka kering, bercampur debu di pipi dan membungkam bibir manis mereka.
Pertanyaan unik kembali mereka sebut; kenapa di tempat yg orang-orang sebut surganya dunia ini dipadati teka-teki berbisa?
Sementara di balik layar sana, aktivis calo tersungging dengan dokumen palsu yg berisikan jutaan teka-teki yg tigabelas kali lipat lebih berbisa yg belum ditandatangani oleh sang penebar senyum pada Ibu-Ibu tadi.
Sebelumnya, dari tempat datangnya mentari di surganya dunia itu, tercium bau logam yg beratus-ratus windu berubah menjadi bau darah yg menempel pada belati yg merobek-robek jingga sanubari mereka yg selalu sabar akan pemerkosaan terhadap prinsip yg berulang-ulang.
Aku ingat cerita temanku tentang amarah bapaknya yg mengatakan; di surganya dunia itu sebaiknya penghuni yg telah berusia dewasa hingga yg paling tua dibunuh semua, agar yg hidup dan tinggal disitu hanya remaja & anak2 yg tidak tahu segala macam teka-teki berbisa.
Tapi aku heran, kenapa di surganya dunia itu sering terjadi kekacauan? Dan kenapa bapak dari temanku tadi berkata begitu?
Bukannya surga tempat yg teraman, tertentram, terindah dan segala yg paling ter, yg positif untuk umat manusia? Apa harus tanya kenapa?

Syarif Wadja Bae
Juli 2009