Kala purnama-purnama mencatat sejarah
Mengobral warna pesona jiwa
Mengtasnamakan hati entah kenapa
Semoga tidak mengucilkan esensinya
Masuk ketelinga
Terlintas didepan mata
Kadang tersaring, kadang hampa
Larut kedalam lalu kau hembuskan dengan raciikanmu
Aroma itu terbang dan menimbulkan
Persepsi-persepsi
Kemudian kau menyebutnya:
Itu purnama
Itu melati
Itu mawar
Coba pandangi setiap apa yang direfleksikannya
Jangan ceroboh untuk melingkari
Hampir setiap jejak dicatat
Harumnya terpancar dari lembaran yang maya
Awas terjebak fatamorgananya.
Biarkanlah singgasana itu terlahir
Jangan kau baluti dengan paksaan.
Memang itu firdaus
Jangan kau buat dia tercoreng
Kau Cuma menyikapinya
Jangan salahkan panggungnya
Lihatlah tarian yang kau pentaskan
Jangan kau telan sabda yang sudah kau tebar
Cahaya bulan itu tidak terlahir
Kaulah matahari yang membuat auranya terpancar.
bukan dengan logika yang menjadikanmu naif
syarif waja bae
Lingkar 18 september 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar